NEWSINFO.ID, BATANGHARI – Kelurahan Bajubang saat ini telah memasuki usia ke 41 tahun, dipimpin oleh seorang seorang lurah yang bernama Jasmaniar. Kelurahan bajubang memiliki luas 5.600 Hektare dengan batas wilayah sebelah barat dengan Desa Kilangan, timur : Desa Penerokan, utara : Desa Batin, selatan : Desa Batin dan Desa Ladang Peris.
Kelurahan Bajubang terdiri dari 6 Rukun Warga dan 21 Rukun Tetangga, dihuni oleh 5.507 orang (30 Desember 2022), terdiri dari 2.912 pria dan 2.596 wanita, atau 1.801 KK, berasal dari suku Jawa, Sunda, Padang, Batak, Melayu, Kalimantan, Bugis, Cina, India, dan sebagainya.
Kelurahan Bajubang terbagi menjadi beberapa Kampung diantaranya Kampung Baru, Kampung Broyot, Kampung Legok, SKIP, Kuali Pecah, Karang Anyar dan Plamboyan serta Komperta. Penduduk Kelurahan Bajubang berdasarkan usia dari usia 0 sampai 5 tahun berjumlah 887 orang, usia 6-17 Tahun berjumlah 1.127 orang, usia 18- 50 tahun berjumlah 2.969 orang dan usia 50 tahun keatas/Lansia berjumlah 523 orang.
Secara historis asal mula nama Bajubang berdasarkan legenda masyarakat setempat, di masa zaman pra kemerdekaan RI, para pekerja dari luar negeri mencari minyak dan gas seperti orang Amerika, Prancis, Belanda dan orang Indonesia sendiri yang pada saat itu disebut dengan rombongan siolo. Mereka melakukan perjalanan melintasi hutan belantara untuk mencari lokasi minyak, dan di dalam perjalanan mereka bertemu dengan rombongan lain yang mengenakan pakaian (Baju) serba merah yang dalam bahasa Jawa disebut Abang.
Setiap rombongan Siolo berhenti dan beristirahat ataupun bermalam, rombongan berbaju merah tersebut selalu mengikuti setiap gerak gerik Siolo sehingga rombongan Siolo memutuskan untuk mendahului rombongan berbaju Merah tersebut. Berbagai peralatan berat mereka tinggalkan untuk mempermudah pengejaran, namun semakin keras mereka berusaha untuk mendahului usaha rombongan Siolo selalu mengalami kegagalan, bahkan seolah-olah rombongan Baju Abang menghilang tanpa jejak.
Tempat mereka menghilang tersebut saat ini merupakan Lokasi Perkantoran Pertamina UEP II Lapangan Jambi, dan saat itulah tempat tersebut diberi nama Bajubang dari asal kata Baju dan Abang. Didaerah Bajubang ini para rombongan Siolo menemukan sumber-sumber minyak yang kemudian dibangun lokasi penambangan minyak, dan daerah ini semakin lama semakin berkembang.
Pada tanggal 1 Oktober 1922, setelah dioperasikan sumur BJB. 001 Belanda menetapkan Bajubang sebagai sebuah kampung yang kemudian dalam perkembangannya berubah menjadi Kelurahan dan dikepalai oleh Lurah hingga saat ini. (ONE).
Sumber : Cetakan Ketiga, Sejarah dan harapan Masyarakat Bajubang